BAB 40


Mengunjungi
Neraka Wereng (Hama Padi) Dan Lintah 


TAHUN 1977, CAP GWEE, CI KAU 



Chi Hoet : 

Di dalam ruangan dan di luar Vihara Shen Shien 

habis di-cat, 

kelihatan bersih dan terang, 

Para Dewa paling suka yang bersih 

dan Para Murid kalau ingin melihat Dewa, 

maka harus membersihkan Hati dan badan, 

kalau mata tidak tertutup kotoran Duniawi 

sudah melihat pemandangan Alam Dewa. 

Siap mengelilingi Alam Baka, 

Yang Shen naik ke Teratai. 





Yang Shen : 

Siap, 

hari ini Guru kelihatan-nya lagi senang, 

lagi girang ya ? 





Chi Hoet : 

Datang ke Vihara tempat yang suci ini 

kelihatan-nya bersih, 

rasa pusing pun hilang-lah sudah, 

maka saya jadi gembira. 




Yang Shen : 

Manusia suka bilang : 

yang tidak kelihatan itu-lah Kesucian, 

bagaimana pendapat Guru ? 





Chi Hoet : 

Bagi Dewa Buddha memang punya pendirian tersebut, 

namun lain lagi bagi Manusia biasa, 

sudut yang tidak kelihatan justru paling kotor, 

berbuat kejahatan dalam kegelapan, 

dari mana perkataan Kesucian itu. 




Yang Shen : 

Benar alasan Guru. 

Saya sudah duduk, silahkan berangkat. 




Chi Hoet : Sudah tiba, cepat turun. 



Yang Shen : 

Kita sudah kemari, 

yang terlihat hanya Prajurit Alam Baka 

sedang mengawal Roh dosa 

dan tidak terdengar suara jeritan. 





Chi Hoet : 

Hari ini kita meninjau 

“NERAKA WERENG (Hama Padi) DAN LINTAH”, 

hukuman di sini 

yang dirasa oleh Roh dosa hanya siksaan yang pelan-pelan, 

maka hanya terdengar suara rintihan, 

nanti kamu bisa menyaksikan. 

Sudah dekat Pintu Neraka, 

Pejabat dan Jenderal sudah menanti kunjungan kita. 





Yang Shen : 

Salam Jumpa Pejabat dan Jenderal, 

hari ini saya dan Chi Hoet datang meninjau, 

mohon bantuan-nya. 





Pejabat : 

Harus, harus, 

Neraka ini termasuk Wilayah Tingkat Ke-6, 

kalian ke Alam Baka 

untuk mencari bahan keadaan-nya Neraka 

dan Neraka ini pun bisa dicantumkan dalam Buku, 

kami pun bangga rasa-nya, 

mari masuk. 





Yang Shen : 

Terimakasih atas peluang yang diberikan oleh Pejabat, 

Oh, Neraka ini terbuat dari kawat kecil-kecil, 

sangat luas, 

di dasar-nya terbuat dari kawat kecil 

dan di bawah-nya terdapat air kolam yang tidak mengalir 

di atas-nya lagi pun beratapkan kawat-kawat kecil 

dan penuh duri besi yang kecil, 

Manusia tidak bisa berdiri di dalam 

hanya bisa maju merangkak, 

kalau mengangkat kepala 

maka kepala dan punggung belakang 

akan tertusuk duri besi itu. 

Para Roh tidak berbuat apa-apa, 

hanya bisa merintih, 

selain pakaian-nya sudah sobek 

dan badan-nya penuh binatang yang apa itu yah ?. 

Karena agak jauh dari sini, 

tidak dapat dilihat dengan jelas. 

Pejabat, binatang apa itu ? 





Pejabat : 

Kedua macam Makhluk itu 

yang satu adalah Wereng (Hama Padi). 

Yang satu lagi adalah lintah, 

mereka sedang menghisap darah-nya, 

Roh dosa dan cairan otak-nya. 





Chi Hoet : 

Mari kita maju ke depan sedikit, 

biar kamu dapat melihat dengan jelas. 




Yang Shen : 

Baik, 

aiai di badan Roh dosa penuh lintah 

sedang menempel tidak terlepas 

dan kepala-nya penuh wereng sedang makan apa ? 




Chi Hoet : 

Lintah banyak hidup di kali, di kolam air, 

jika ditempelkan di badan, 

darah Manusia akan terhisap habis. 

Wereng adalah hama padi, 

satu kelompok wereng datang padi pun habis di-makan. 

Sekarang wereng sedang mengisap cairan Roh dosa. 





Pejabat : 

Karena wereng makan-nya cairan putih di dalam padi, 

kini menjelma di Alam Baka 

untuk makan cairan otak Manusia, 

sama-sama cairan yang putih. 





Yang Shen : 

Sungguh menakutkan, 

saya jadi lemas melihat-nya. 





Chi Hoet : 

Tidak usah takut, 

kita berkeliling Alam Neraka 

karena Tugas mengarang Buku, 

saya menemani kamu, 

kamu harus berani. 





Pejabat : 

Kalian tunggu sebentar, 

saya akan panggil beberapa Roh 

untuk membicarakan dosa-nya. 





Yang Shen : 

Terimakasih, 

cepatan sedikit 

dan bersihkan lintah yang menempel di badan Roh dosa, 

saya paling takut Makhluk itu. 





Pejabat : 

Ya, ya, sebentar ya. 

Ke-dua macam binatang itu sudah saya hilangkan, 

Yang Shen tidak usah takut lagi, 

Perintah-kan 2 Roh dosa 

untuk men-cerita-kan dosa yang mereka lakukan 

sehingga di-hukum di sini, 

harap kalian kerja sama 

supaya bisa menyadarkan Manusia di Dunia. 





Roh : 

Waktu masih hidup saya kerja sebagai Hakim, 

untuk menentukan segala perkara, 

karena pernah menerima uang sogokan oleh terdakwa 

sehingga perkara itu tidak adil, 

menghilangkan citra keadilan 

sehingga terjadi banyak salah meng-hukum Orang Lain, 

seumur hidup kenyang menerima sogokan, 

walaupun pernah dengar 

“Jadi Hakim harus adil, 

kalau tidak ada karma pembalasan-nya”, 

namun saya balik berpikir 

di Dunia punya kedudukan tinggi 

bisa mendapatkan banyak uang, 

peduli amat dengan Kehidupan yang Akan Datang. 


* *


Setelah mati dicerminkan semua perbuatan saya 

seperti nonton film, 

jelas terlihat oleh mata saya sendiri, 

selain saya di-hukum 

di Neraka Kotoran Tanah, Tinja dan Air Seni 

diserahkan lagi ke Tingkat-6. 

Chen Wuang memaki saya 

sebagai Hakim tahu Hukum 

malahan menyalahkan Hukum 

sungguh berdosa 

maka harus di-hukum juga ke Neraka Wereng dan Lintah. 

Setiap hari 

hanya bisa merangkak jalan dan gulungan kawat berduri, 

kepala diserang wereng, 

badan di-isap lintah, 

seluruh badan menjadi lemas tidak ber-tenaga, 

sungguh menderita. 






Pejabat : 

Tahu Hukum malahan melanggar Hukum 

benar-benar keterlaluan, 

sebagai Hakim harus belajar sama Hakim Pao Chin Tian, 

tegas namun adil 

untuk meng-hukum Pejabat di Masyarakat, 

membebaskan Orang yang tidak berdosa, 

ini sebenarnya kerjaan yang mulia, 

akan mendapat Jasa Kebaikan 

namun kalau sebaliknya menerima sogokan 

membebaskan yang salah, 

meng-hukum Orang yang Benar, 

setelah mati akan di-hukum berat di Alam Baka, 

karena pembalasan-nya bisa melibatkan Anak-cucu, 

sudah banyak contoh di Dunia, 

sejak dahulu kala sampai sekarang 

pembalasan itu tetap ada. 

Roh ke-2, kamu bicara-lah. 





Roh : 

Karena badan saya tinggi dan besar, 

waktu masih hidup menjadi tukang pukul 

di daerah kasino maupun di tempat pelacuran, 

bisa hidup senang menerima uang keamanan, 

tidak tahu-nya 

setelah mati di-hukum Yiam Wong kemari, 

sungguh sengsara. 





Pejabat : 

Kamu masih punya dosa lain yang belum di-cerita-kan, 

cepat, 

mau di-hukum lebih berat lagi ? 





Roh : 

Baik, 

karena cukup senang hidup di Masyarakat hitam, 

maka tidak usah kerja, 

kalau tidak punya uang, 

saya sering memeras di toko-toko atau di restaurant, 

begitu-lah Kehidupan saya. 





Chi Hoet : 

Sudah tidak mau kerja yang benar 

masih mengandalkan badan 

untuk memeras Orang Lain, 

ini-lah akibat-nya, 

harap Manusia di Dunia men-cam-kan dan cepat insaf. 

Waktu sudah tiba. 

Yang Shen siap pulang. 





Yang Shen : 

Terimakasih Pejabat dan Jenderal, kami mau permisi. 




Pejabat : Antarkan Tamu. 



Yang Shen : 

Saya sudah duduk, silahkan berangkat. 




Chi Hoet : 

Vihara Shen Shien sudah tiba, 

Yang Shen turun, 

Roh kembali ke badan.