Mengunjungi Tingkat Ke-9
Berbincang-bincang Dengan PHIN THENG WUANG
TAHUN 1978, SHA GWEE, JI CAP KAU
Chi Hoet :
Tingkat-8 sudah lewat,
berkunjung ke Alam Neraka
kini sudah sampai ke Tingkat-9,
Yang Shen siap naik ke Teratai.
Yang Shen :
Hari ini mau mengunjungi Tingkat-9,
tugas mengarang Buku hampir selesai,
sungguh ber-gembira.
Chi Hoet :
Setelah melewati Tingkat-9
maka kita pun bisa tenang,
cuma jangan gembira dulu,
Tugas ini masih berat,
kita harus ber-hati-hati,
jika Buku sudah jadi,
kau dapat Jasa yang pertama,
baik-baik-lah menggunakan kesempatan yang baik ini,
cepat naik ke Teratai.
Yang Shen :
Siap, saya sudah duduk,
silahkan Guru berangkat.
Chi Hoet :
Sudah tiba, Yang Shen turun.
Yang Shen :
Sudah di depan nampak-nya begitu ramai,
seperti ada pesta.
Chi Hoet :
Tingkat Ke-9,
Phin Theng Wuang sudah dapat kabar
bahwa hari ini kita mau kemari,
maka sudah disiapkan acara penyambutan ini,
coba kau dengar,
suara drum sedang mengiringi musik-musik lain.
Yang Shen :
Musik ini seperti musik klasik.
Chi Hoet : Ya.
Yang Shen :
Pernah dengar omongan,
jika terdengar suara musik Dewa,
pertanda ada Orang yang akan masuk ke Surga,
benar tidak Guru?
Chi Hoet :
Benar,
setiap Manusia jika sudah sempurna dari Pertapa-nya
waktu mau pulang ke Langit,
di telinga-nya pasti terdengar musik Dewa
tetapi kalau bukan Orang yang benar-benar berjasa besar
atau benar-benar mulia,
Langit juga tidak akan mengadakan penyambutan tersebut,
* *
di Alam Dunia ada Upacara memberikan hadiah
juga diiringi musik
tidak terkecuali di Langit,
kalau sering berbuat kejahatan,
sebelum meninggal yang didengar
adalah suara-suara tangisan Setan,
atau suara rantai besi,
ini pertanda diri-nya akan ditangkap
oleh Prajurit Alam Baka,
cepat kita ke depan,
Para Pejabat Tingkat Ke-9 sedang menantikan kita.
Yang Shen :
Salam Jumpa Phin Theng Wuang dan Para Pejabat Dewa,
saya adalah Yang Shen Shien,
hari ini ikut Guru Chi Hoet kemari meninjau,
harap banyak membantu.
Yiam Wong :
Tidak usah sungkan, cepat bangun,
hari ini saya ada acara perjamuan untuk kalian,
cepat ikut saya masuk ke dalam Istana.
Yang Shen :
Terimakasih atas jamuan Yiam Wong.
Chi Hoet : Mari kita masuk.
Yiam Wong :
Silahkan masuk,
karena Tugas mengarang Buku Mengelilingi Alam Neraka
dari Tingkat Pertama sampai kemari
sungguh capai,
karena itu-lah saya mengadakan perjamuan ini
untuk kalian ber-dua.
Chi Hoet :
Terimakasih atas perhatian-Nya Phin Theng Wuang.
Yiam Wong :
Kalian ber-dua tidak usah sungkan,
ambil-lah buah Dewa dan coba.
Yang Shen :
Terimakasih,
buah-buahan ini seperti anggur di Alam Dunia,
merah ke-hijau-hijau-an,
rasa-nya enak, manis dan segar lagi.
Yiam Wong :
Ya, ini anggur hitam,
tumbuh-nya di Gunung Kun Lun,
dapat Hawa Langit dan Bumi jadi-lah buah ini,
maka warna-nya pun agak hitam,
silahkan makan.
Chi Hoet :
Kita sambil makan dan sambil ngobrol,
Yang Shen punya pertanyaan,
boleh minta pendapat Yiam Wong.
Yang Shen :
Ya, saya mau tanya Yiam Wong,
karena Nama-Nya Phin Theng Wuang,
apa sebab-nya Phin Theng Wuang
arti-nya ADIL.
Yiam Wong :
Saya dijuluki “RAJA ADIL”
arti-nya Roh-Roh dosa
setelah di-hukum dari Tingkat Ke-1 sampai Tingkat Ke-8
sudah cukup lumayan
setelah diserahkan kemari,
sisa dosa sedikit,
maka saya pun ADIL mengurus-nya
yang ringan dosa-nya langsung diserahkan ke Tingkat Ke-10,
juga adil mengurus-nya,
karena perlakuan adil saya,
maka saya dijuluki RAJA ADIL.
Yang Shen :
Oh, begitu,
dan Yiam Wong menguasakan Neraka-Neraka apa.
Yiam Wong :
Utama-nya “Neraka Besar API”
dan juga tersedia 16 Neraka Kecil
untuk meng-hukum Roh dosa.
Yang Shen :
Ada yang bilang
setelah meninggal masuk ke Neraka Lapis Ke Delapan Belas,
apa benar kata itu.
Yiam Wong :
Itu maksud-nya “NERAKA API”,
karena NERAKA API ada 18 Lapisan menuju ke sumber Bumi,
di dalam gelap sampai tidak kelihatan lima jari,
di dasar-nya penuh dengan cairan bumi,
warna-nya seperti kopi,
Roh-Roh dosa di dalam-nya seperti minum kopi,
kau juga mau meminum-nya.
Yang Shen :
Tidak mau,
saya hanya ingin minum teh,
tidak ingin minum kopi itu,
takut tidak tahan.
Yiam Wong :
Kau cukup cerdik,
coba makan buah Dewa ini.
Yang Shen :
Buah ini seperti PAGODA SEMBILAN MENARA
yang terdapat di dalam Dunia,
bau-nya sungguh wangi,
di-makan rasa-nya manis juga segar,
lebih enak dibandingkan buah yang ditanam di Alam Dunia itu,
ini buah apa.
Yiam Wong :
Betul,
buah ini disebut juga PAGODA SEMBILAN MENARA
tumbuh-nya hanya di Tingkat Ke-9
banyak manfaat-nya,
baik untuk kesehatan badan,
makan-lah yang banyak.
Chi Hoet :
Ha – ha – ha,
banyak-banyak-lah naik ke atas,
Pagoda Sembilan Menara
tetapi sedikit-sedikit yang turun ke bawah
Neraka Lapis Ke Delapan Belas.
Yiam Wong :
Kalian ber-dua tidak usah sungkan dengan jamuan ini,
makan-lah sampai kenyang,
namun kotoran Duniawi masih ada,
bagaimana kalau saya ajak Yang Shen
ke tempat Sembilan Cabang Air Terjun
untuk dimandikan.
Yang Shen :
Saya agak takut,
mohon Guru pergi bersama.
Chi Hoet : Baik.
Yiam Wong : Silahkan jalan.
Yang Shen :
Banyak Terimakasih,
Yiam Wong dan Para Pejabat temani jalanan ini,
sungguh bersih dan rata
jarang kelihatan seperti ini
di Jalanan Alam Neraka.
Chi Hoet :
Jalanan ini khusus untuk dilewati Para Pertapa,
setiap Dewa yang sudah diangkat
dan akan berjabatan di Alam Dunia,
sebelumnya harus kemari
memandikan badan-nya
baru boleh menuju ke Alam Dunia
menerima persembahan,
hari ini kau sungguh mujur bisa merasakan juga,
coba kau lihat di depan ada tiga Dewa sedang menuju kemari,
mereka sudah habis mandi,
sekarang mau menerima Titah
untuk menuju ke Alam Dunia
menjabat sebagai Dewa di sana.
Yang Shen :
Kelihatan-nya mereka sedang riang gembira,
di wajah-nya memancarkan sinar suci.
Yiam Wong :
Cepat kalian ber-dua jalan-nya.
Yang Shen :
Di depan ada sebuah Gunung yang tinggi,
di atas Gunung tumbuh pohon-pohon yang subur
dan mengalir air dari atas turun ke bawah
bagaikan tiang air,
hawa yang panas ini,
kalau mandi sungguh sejuk rasa-nya.
Yiam Wong : Sudah tiba.
Yang Shen :
Benar,
di tebing Gunung ada tulisan
“SEMBILAN CABANG AIR TERJUN”
dan benar ada Sembilan Air Terjun.
Yiam Wong :
Yang Shen sudah siap mandi
diperintah-kan Para Jenderal minggir.
Pejabat : Siap.
Yang Shen :
Air-nya kencang,
saya tidak berani sendirian,
mohon Guru menemani saya,
boleh tidak.
Chi Hoet :
Baik-lah,
badan Buddha saya ini sudah tiga tahun tidak dibersihkan,
pergunakan kesempatan mandi-mandi air bersih,
ayo jalan.
Yang Shen :
Sungguh sejuk dan dingin,
oh, mata pun jadi tertutup.
Chi Hoet :
Cepat buka ke-dua mata-mu,
bersihkan “mata pasir-mu” itu.
Yang Shen :
Baik-lah, sungguh sejuk,
tapi pakaian sudah basah semua bagaimana ya ?
Chi Hoet :
Tidak apa-apa,
nanti saya kipas-kan, pasti kering,
cepat bersih-kan telapak kaki-mu,
di situ-lah tempat yang paling kotor.
Yang Shen : Guru jangan meledek.
Chi Hoet :
Yang tidak kelihatan,
justru yang paling kotor,
di bawah kaki, di bawah ranjang, di bawah meja,
kalau tidak total dibersihkan
mau menimbulkan bibit penyakit,
lain hari mana kamu bisa terbang.
Yang Shen :
Ya, masuk akal juga omongan Guru.
Chi Hoet :
Sudah cukup,
Sembilan Air Terjun ini disemburkan oleh Sembilan Naga,
tiap-tiap kotoran akan bersih dicuci,
tidak usah pakai sabun,
Manusia di Dunia harus menjaga kebersihan badan-nya,
jangan sampai setelah meninggal diperiksa
dan tidak di-ijin-kan masuk,
cepat keluar,
sudah selesai mandi.
Yang Shen : Guru, cepat gunakan kipas.
Chi Hoet :
Lihat kipas saya ini,
lebih hebat dari mesin pengering.
Yang Shen :
Wah benar sudah kering,
badan terasa sejuk,
Terimakasih Guru dan Yiam Wong.
Yiam Wong :
Baik-baik-lah bertugas di Vihara,
agar lebih giat lagi.
Yang Shen :
Siap,
harap Yiam Wong banyak membantu.
Yiam Wong :
Lewat-nya awan,
sinar pun timbul,
tidak dicuci tetap akan bersih,
camkan-lah.
Chi Hoet :
Karena waktu-nya sudah tiba,
kami mau permisi dahulu,
tidak bisa mengantarkan Yiam Wong pulang.
Yiam Wong :
Tidak apa-apa,
Perintah-kan Pejabat berbaris
mengantarkan Tamu.
Yang Shen :
Banyak Terimakasih atas jamuan Yiam Wong
dan memberi kesempatan mandi
di Sembilan Cabang Air Terjun ini,
sungguh tidak terlupakan,
Terimakasih,
Selamat Tinggal.
Chi Hoet :
Vihara Shen Shien telah tiba,
Yang Shen turun,
Roh kembali ke badan.